BElI TIKET MURAH YUK

Hukum Kebebasan Berfikir

Tanggapan kami bahwa orang yang membolehkan seseorang bebas menganut keyakinan dengan meyakini agama yang dia inginkan ; maka dia telah kafir karena setiap orang yang berkeyakinan bahwa seseorang boleh saja beragama dengan selain agama Muhammad صلی الله عليه وسلم, maka berarti dia telah kafir terhadap Allah سبحانه و تعالى, harus dipaksa bertaubat ; bila dia bersedia, maka dia selamat dari hukum dan bila tidak, maka dia wajib dibunuh.

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya" [Ali-Imran : 85]


Selasa, 31 Mei 2011

REFLEKSI TANGISAN MUSLIMIN MESIR

Mari Memohon "AL-'AFIYAH" Untuk Mereka..
Mesir bergejolak dan tengah membara. Sebuah usaha
penggulingan kekuasaan yang dianggap “tirani” kini sedang
berlangsung. Chaos tak bisa dihindari. Revolusi berdarah tengah
dipertontonkan pada dunia. Siapa kawan dan siapa lawan? Tak
jelas, yang ada hanya awan kelam. Jangan tanya kerugian materi
yang diderita. Dikabarkan bahwa negeri kaya sejarah dan budaya
Islam tersebut menderita kerugian 28 Triliun setiap harinya, belum
lagi korban jiwa yang hanya Allah Pemilik ilmu tentang jumlahnya.
Lalu siapakah yang hendak kita salahkan? Kiranya pertanyaan
tersebut —di sini—tidak juga akan terjawab, karena pertanyaan
berikut ini lebih penting dan menuntut untuk segera ditanggapi:
Apakah yang bisa kita perbuat untuk mengangkat derita di Mesir,
dan mengubah air mata terurai menjadi senyum harapan bagi
segenap muslimin di sana? Relakah kita jika kondisi di Mesir
merambah ke negeri kita? Lalu apa yang bisa kita upayakan
sebagai hamba Allah yang beriman?
Jauh sebelumnya, Nabi kita yang mulia telah mengingatkan:
ِﻖْﻳِﺮَﻐْﻟﺍ ِﺀﺎَﻋُﺪَﻛ ٌﺀﺎـَﻋُﺩ َّﻻِﺇ ﺎـﻬﻨﻣ ْﻲِﺠْﻨُﻳ َﻻ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ ُﻥْﻮُﻜَ
“Kelak, akan terjadi fitnah (huru-hara). Tak satupun yang mampu
menyelamatkan kecuali suatu do'a, layaknya do'a seseorang yang
akan tenggelam. ” [HR. Ibnu Abi Syaibah: 6/22 dan 7/531,
dishahihkan oleh al-Hakim: 1/687]
Do'a adalah senjata bagi orang-orang mukmin. Inilah modal
perjuangan terbesar yang telah banyak dilupakan orang. Padahal,
do'a mampu memberikan apa yang tidak mampu diberikan oleh
segenap usaha manusia dalam menolak pedihnya bala'.
Khususnya do'a yang dipanjatkan demi meraih 'afiyah.
URGENSI MEMOHON ‘AFIYAH
Rofa'ah ibn Rofi' mengisahkan: “Suatu ketika Abu Bakr as-Shiddiq
radliyallahu ‘anhu beranjak untuk berkhutbah di atas mimbar,
tiba-tiba beliau menangis, beliau lalu berkata: 'Rasulullah Shalallahu
‘ alaihi wassalam pernah berdiri untuk berkhutbah, kemudian beliau
menangis, lantas bersabda:
َﺔَﻴِﻓﺎَﻌْﻟﺍَﻭ َﻮْﻔَﻌْﻟﺍ َﻪﻠﻟﺍ ﺍﻮﻠ، ِﻦْﻴِﻘَﻴْﻟﺍ َﺪْﻌَﺑ َﻂْﻌُﻳ ْﻢَﻟ ﺍﺪﺣﺃ َّﻥِﺈَﻓ
ِﺔَﻴِﻓﺎَﻌْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺍﺮﻴ
“Mintalah kepada Allah al-'Afwa (keselamatan di akhirat) dan
al-'Afiyah (keselamatan di dunia). Karena seseorang tidaklah
dianugerahi nikmat yang paling baik setelah yakin, kecuali
al-'Afiyah. ” [Shahih Sunan at-Tirmidzi: 2821, al-Albani]

Senin, 16 Mei 2011

Sifat Puasa Nabi صلی الله عليه وسلم

Ketahuilah saudara seiman, bahwa seluruh dalil menerangkan bahwa puasa Asyura ini wajib karena adanya perintah untuk puasa di hari tersebut sebagaimana pada hadits Aisyah, kemudian kewajiban ditekankan lagi karena diserukan secara umum, ditambah lagi dengan perintah orang yang makan untuk menahan diri (tidak makan lagi) sebagaiamana dalam hadits Salamah bin Akwa' tadi, serta hadits Muhamamad bin Shaifi Al-Anshary : Rasulullah صلی الله عليه وسلم keluar menemui kami pada hari Asyura kemudian beliau bersabda : "Apakah kalian puasa pada hari ini ?" sebagian mereka menjawab : "Ya" dan sebagian yang lainnya menjawab : "Tidak" (Kemudian) beliau bersabda :
"Sempurnakanlah puasa hari pada sisa hari ini". Dan beliau menyuruh mereka untuk memberitahu penduduk Arrud (di) kota Madinah -untuk menyempurnakan sisa hari mereka" 7.7 Yang memutuskan perselisihan ini adalah perkataan Ibnu Mas'ud: 7.8 "Ketika diwajibkan puasa Ramadhan ditinggalkanlah Asyura". Dan ucapan Aisyah: 7.9
"Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, maka Ramadhanlah yang wajib dan ditinggalkanlah Asyura (berartti puasa Asyura tidak wajib lagi hukumnya -pent) Walaupun demikian sunnahnya puasa Asyura tidak dihilangkan, sebagaimana yang dinukil Al-Hafidzh dalam Fathul Bari 4/264 dari Ibnu Abdil Barr. Maka jelaslah bahwa sunnahnya puasa Asyura masih ada, sedang yang dihapus hanya kewajibannya. Wallahu a'lam.
Sebagian (ahlul ilmi) yang lainnya menyatakan:
Jika puasa wajib telah mansukh (dihapus), maka dihapus juga hukum-hukum yang menyertainya. Yang benar (bahwa) hadits-hadits tentang Asyura menunjukkan beberapa perkara (yaitu) :
Wajibnya puasa Asyura
Barangsiapa yang tidak niat di malam hari ketika puasa wajib sebelum terbitnya fajar karena tidak tahu, maka tidaklah rusak puasanya, dan
Barangsiapa makan dan minum kemudian tahu di sisa hari tersebut, maka tidak wajib mengqadha' Yang mansukh adalah perkara yang pertama, hingga Asyura hanyalah sunnah sebagaimana yang telah dijelaskan. Dimansukhkannya hukum tersebut bukan berarti menghapus hukum-hukum lainnya. Walalhu a'lam.
Mereka berdalil dengan hadits Abu Dawud 2447 dan Ahmad 5/409 dari jalan Qatadah dari Abdurrahman bin Salamah dari pamannya, ia berkata :
"Bahwa bani Aslam pernah mendatangi Nabi, kemudian beliau bersabda : "Kalian puasa hari ini?" Mereka menjawab, "Tidak" Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Sempurnakanlah sisa hari ini kemudian qadha'lah kalian" Hadits ini lemah karena ada dua illat (cacat) yaitu :
Majhulnya (tidak dikenalnya) Abdurrahman bin Salamah. Adz-Dzahabi berkata tentangnya di dalam Al-Mizan 2/567 : "(Dia) tidak dikenal" Al-Hafidz berkata dalam At-Tahdzib 6/239 : "Keduanya majhul". Dibawakan oleh Ibnu Abi Hatim di dalam Al-Jarhu wa Ta'dil 5/288, tidak disebutkan padanya Jarh atau Ta'dil.
Ada 'an-anah Qatadah, padahal dia seorang mudallis
7.10.

7.7Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/389, Ahmad 4/388, An-Nasa'i 4/192, Ibnu Majah 1/552, At-Thabrani dalam Al-Kabir 18/238 dari jalan As-Sya'bi darinya. Dengan sanad yang Shahih . 7.8Hadits Riwayat Muslim 1127 7.9Hadits Riwayat Muslim 1125 7.10mudallis: pemalsu hadits.

Minggu, 08 Mei 2011

Memakmurkan Dan Mendatangi Masjid [Untuk Beribadah]

Masjid merupakan Baitullah, di dalamnya Ia disembah dan senantiasa disebut nama-Nya. Masjid merupakan menara petunjuk dan bendera Islam. Allah memuliakan serta mengagungkan orang yang mengikatkan dirinya dengan masjid. Allah berfirman. "Artinya : Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah" [Al-Jin : 18] Masjid-masjid itu dibangun agar manusia mengerjakan shalat dan berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an dan taqarrub kepada-Nya, merendah di hadapan-Nya dan mengharapkan pahala di sisi-Nya. Sesungguhnya memakmurkan masjid adalah bagian terbesar untuk taqarub kepada Allah سبحانه و تعالى. Di antara bagian dari memakmurkan masjid adalah membangun, membersihkan, membentangkan permadani, meneranginya dan masih banyak lagi bagian-bagian dari pemerliharaan masjid. Adapula memakmurkan masjid dengan i'tikaf di dalamnya, shalat dan senantiasa mendatanginya dengan berjama'ah, mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, membaca Al-Qur'an, belajar dan mengajarkannya. As-Sunnah telah menjelaskan keutamaan dan balasan yang besar dalam memakmurkan, membangun dan memelihara masjid. Diriwayatkan dalam shahih Muslim, Utsman رضي الله عنه telah mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda. "Artinya : Barangsiapa telah membangun masjid karena Allah سبحانه و تعالى (Bukair berkata : Saya menyangka beliau berkata dengan mengharap wajah Allah), maka Allah akan membangunkannya rumah di Jannah" [Shahih Muslim 1/378 no. 533 urutan 24 kitab al-Masajid bab 4] Maksudnya karena ikhlas dengan mengharap wajah Allah سبحانه و تعالى semata serta mengharap keridhaan-Nya, tidak riya, sum'ah dan tidak pula karena mencari pujian manusia serta bukan karena satu tujuan atau tujuan-tujuan yang lain. Seperti telah dijelaskan tentang keutamaan memakmurkan masjid, dijelaskan pula tentang keutamaan menyiapkan masjid untuk shalat dan pujian bagi orang yang melaksanakannya. Dalam shahih Muslim, Abu Hurairah berkata : Sesungguhnya ada seorang wanita berkulit hitam yang berkhidmat pada masjid (dalam riwayat lain ; seorang pemuda). Suatu ketika Rasulullah صلی الله عليه وسلم tidak melihatnya, maka beliau bertanya tentang dia, para shahabat menjawab, Ia telah meninggal. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda. "Apakah tidak ada kemampuan bagimu untuk memberitahukan kepadaku (tentang kematiannya, ada yang menjawab, sepertinya mereka menganggap kecil masalah itu. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : "Tunjukkan padaku kuburannya, maka ditunjukkanlah beliau pada kuburan tersebut, beliau mendo'akannya kemudian bersabda:"Artinya : Sesungguhnya ahli kubur ini dipenuhi kegelapan dan Allah meneranginya dengan shalatku terhadap mereka" [Shahih Muslim 2/658 no 956 urutan 71 Kitab al-Janaiz bab ash-shalat 'ala al-Kubur] Telah ada beberapa nash sharih lagi shahih yang menjelaskan keutamaan mendatangi masjid untuk menunaikan shalat, dzikir dan qira'ah Qur'an. Orang yang menziarahi masjid itu berada dalam penjagaan Allah dan mendapatkan rahmat-Nya selagi ia duduk didalamnya, menjaga adab-adabnya dan selalu menghubungkan hatinya dengan Allah. Sesungguhnya shalat seseorang di dalam masjid dilebihkan dari shalat yang dilakukan di rumah atau di pasar dengan 25 derajat atau 27 derajat. Beberapa nash telah menjelaskan bahwa orang yang mendatangi masjid dalam gelap, maka Allah akan meneranginya dengan sempurna pada hari kiamat, seperti orang yang pergi ke masjid di pagi hari atau di malam hari, Allah akan menyediakan baginya rumah di jannah. Ini merupakan fadhilah yang besar, takkan ada orang yang melampui batas atau meremehkannya kecuali orang yang lalai atau pemalas, maka haram baginya mendapatkan kebaikan saudaranya semuslim. Lihat beberapa hadits yang telah menjelaskan apa yang telah saya katakana ini, supaya menjadi ilmu, bashirah dan petunjuk, dengan itu pula supaya kalian melaksanakan rukun ini sebagai ilham dari syi'ar-syi'ar Islam di masjid bersama jama'ah lain untuk mendapatkan ridha dan balasan dari Allah di dunia dan di akhirat. Dari Abu Hurairah, Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda. "Artinya : Shalat seseorang (di masjid dengan berjama'ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar, sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika berwudlu kemudian menyempurnakannya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan hingga ia masuk masjid ..." [Muttafaqun 'alaih, Lu'lu wal Marjan, yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim 1/131 no. 387] Orang yang menziarahi masjid berada dalam perlindungan dan rahmat dari Allah selagi tetap dalam duduk dan menjaga adab-adabnya dengan menghadapkan hati kepada Allah semata. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda. "Artinya : Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang menyebabkan Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat ..? para shahabat  menjawab ; Ya wahai Rasulullah, beliau bersabda, "Menyempurnakan wudlu meski dalam keadaan susah dan banyak-banyak mendatangi masjid, menunggu shalat setelah shalat.... itulah ribat, itulah ribat, itulah ribat" [Shahih Muslim 1/219 no 251 urutan 41 bab 14 kitab At-Thaharah] Allah berfirman. "Artinya : Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas" [An-Nur : 36-38] Banyak sekali ayat dan hadits-hadits dalam bab ini, maka bagi orang yang berkhidmat di masjid dan bertanggung jawab atas masjid baik atas nama pribadi, jama'ah, yayasan atau yang lain haruslah menghidupkan masjid dengan membangun, membersihkan, menghamparkan permadani, penerangan dan kesinambungan pemenuhan air serta lainnya yang termasuk di dalamnya demi kemudahan dan kelancaran hamba Allah untuk melaksanakan amal-amal yang besar di dalam masjid. [Disalin dari kitab Shalat Al-Jama'ah Hukmuha Wa Ahkamuha Wat Tanbih 'Ala Ma Yaqa'u Fiiha Min Bid'ain Wa Akhthain edisi Indoensia Shalat Berjama'ah, Panduan Hukum, Adab, Hikmah. hal 61-65, Pustaka Arafah]

Sabtu, 07 Mei 2011

Hukum Pakaian Ketat atau Terbelah

Pertanyaan:
Akhir-akhir ini sering terlihat dalam pesta perkawinan bahwa sebagian wanita memakai pakaian yang keluar dari adat kebiasaan masyarakat kita, dan mereka beralasan bahwa pakaian itu hanya dipakai di antara kaum wanita saja. Di antara model pakaian tersebut ada yang ketat yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh dan ada model yang memiliki belahan pada bagian atas hingga batas yang memperlihatkan dada atau punggung serta ada model yang memiliki belahan pada bagian bawah hingga bagian lutut atau kurang sedikit, bagaimana ketentuan hukum syara' tentang memakai pakaian tersebut? dan apakah yang mesti dilakukan oleh wali wanita berkenaan dengan hal tersebut?

Jawaban:
Dalam hadits Shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata, "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا : قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسُ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسَهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ اْلمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ اْلجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا
"Dua golongan manusia termasuk ahli neraka dan aku belum pernah melihatnya yaitu; kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pukulkan kepada orang-orang serta wanita yang memakai pakaian tapi telanjang yang berjalan lenggak-lenggok serta bergoyang-goyang, kepalanya seperti punuk seekor unta yang besar. Niscaya mereka tidak akan masuk surga serta tidak akan mencium bau harumnya. Sesungguhnya bau harum surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim, bab pakaian; dan bab surga serta kenikmatannya, (2128))

Adapun yang dimaksud sabda Nabi صلی الله عليه وسلم, "Berpakaian tapi telanjang" yakni mereka memakai suatu pakaian yang tidak menutupi bagian tubuh yang telah diperintahkan; baik karena pendek, tipis atau ketat.

Berkenaan dengan hal tersebut; Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam Musnadnya dengan sanad yang agak lemah dari Usamah bin Zaid رضي الله عنه, seraya berkata, "Suatu ketika Rasulullah صلی الله عليه وسلم memberiku pakaian buatan daerah Qibthi -salah satu jenis pakaian- dan aku memakaikannya kepada istriku, maka Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda,
مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلاَلَةً إِنيِّ أَخَافُ أَنْ تَصِفَ حَجْمَ عِظَامِهَا
"Perintahkanlah kepadanya supaya memakai kain tebal di bawahnya (sebagai lapisannya), karena aku khawatir lekuk tulang-tulangnya akan tampak." (HR. Ahmad (21279))

Selain itu, pakaian tersebut memperlihatkan bagian atas dada, dan hal itu bertentangan dengan perintah Allah سبحانه و تعالى dalam firmanNya,
"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya." (An-Nur: 31).

Al-Qurthubi berkomentar dalam tafsirnya, "Hendaklah seorang muslimah menutupkan kerudungnya ke dadanya supaya menutupinya." Selanjutnya al-Qurthubi mengutip sebuah atsar dari Aisyah رضي الله عنها, bahwa Hafshah puteri saudara perempuannya Abdurrahman bin Abi Bakar رضي الله عنه datang kepadanya dalam keadaan memakai kerudung yang memperlihatkan lehernya, maka tidak ada tindakan yang dilakukan Aisyah selain merobeknya, seraya berkata, "Kerudung yang semestinya dipakai adalah kerudung yang tebal dan menutupi dada."

Jadi tidak diperbolehkan memakai pakaian yang ada belahan pada bagian bawahnya jika di bawahnya tidak dilapisi dengan pa-kaian lain yang menutupi kaki, tetapi jika di bawahnya dilapisi dengan pakaian lain yang menutupi kaki, maka hal itu tidak menjadi masalah, kecuali jika pakaian itu menyerupai pakaian kaum laki-laki, maka pakaian itu haram dipakai bagi wanita dengan alasan menyerupai kaum laki-laki.

Berdasarkan uraian di atas, maka diwajibkan kepada wali anak perempuan untuk mencegahnya dari segala jenis pakaian yang diharamkan dan keluar rumah dalam keadaan terbuka serta memakai wewangian, karena kelak pada hari kiamat niscaya wali-nya akan dimintai pertanggungan jawab tentangnya, yaitu pada suatu hari di mana pada hari itu,
"Seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong." (Al-Baqarah: 48)
Rujukan:
Fatawa Mu'ashirah, hal. 23-24. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Pandangan Islam Terhadap Pekerjaan Seorang Wanita Yang Dilakukan Bersama Laki-Laki

Pertanyaan
Apa pandangan Islam tentang pekerjaan seorang wanita bersama dengan laki-laki?

Jawaban
Seperti yang sudah diketahui keikutsertaan seorang wanita untuk bekerja dalam lapangan pekerjaan seorang laki-laki akan menyebabkan percampuran dalam pergaulan yang tercela dan berdua-duan dengannya. Dan hal tersebut adalah perkara yang sangat vital sekali, yang akibatnya juga sangat fatal dan hasilnya buruk serta akibatnya tidak baik, yakni bertentangan dengan dalil-dalil Islam yang menyuruh wanita untuk tetap berada di rumahnya dan mengerjakan pekerjaan yang dikhususkan dan diciptakan Allah untuknya agar menjadikannya jauh dari ikhtilath. Adapun dalil-dalil yang jelas dan shahih yang menunjukkan atas haramnya berduaan dengan selain mahram dan melihatnya serta sarana-sarana yang menjadi perantara untuk terlaksananya perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Dalil-dalil yang banyak, jelas memutuskan percampuran yang menyebabkan perbuatan yang akibatnya tidak terpuji di antaranya adalah firman Allah سبحانه و تعالى.

“Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang terdahulu dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatilah Allah dan RasulNya sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi) sesungguhnya Allah adalah Mahalembut laga Maha Mengetahui” [Al-Ahzab : 33-34]

“Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka yang demekian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Al-Ahzab : 59]

“Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannnya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putera-putera mereka atau putera-putera suami mereka” [An-Nu ; 30-31]

“Artinya : Apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka (isteri-isteri Nabi) maka mintalah dari belakang tabir, cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka” [Al-Ahzab : 53]

Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda.

“Artinya : Hindarilah bercampur dengan wanita” (maksudnya selain mahram), dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang saudara ipar?” Beliau menjawab : “Saudara ipar bagaikan kematian”.

Rasulullah صلی الله عليه وسلم juga melarang untuk bedua-duaan dengan wanita selain mahram secara umum seraya berkata.

“Artinya : Sesungguhnya setan adalah orang ketiganya”

Dan melarang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya untuk menutup jalan kerusakan, menutup pintu dosa, mencegah sebab-sebab kejahatan dan mencegah dua macam tipu daya setan berdasarkan ini, maka betul apa yang dikatakan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم

“Artinya : Takutlah akan dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah dari wanita”.

Seraya beliau bersabda.

“Artinya : Saya tidak meninggalkan fitnah (godaan) yang lebih berbahaya bagi seorang laki-laki daripada fitnah perempuan”.

Ayat-ayat dan hadits-hadits ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan kewajiban menjauhi ikhtilath yang menyebabkan rusaknya keluarga dan hancurnya masyarakat. Dan ketika anda melihat kedudukan wanita di beberapa negara Islam, maka anda akan dapati mereka telah menjadi hina dan tercela karena keluar rumahnya yang menjadikannya mengerjakan hal-hal yang sebenarnya bukan tugasnya. Orang-orang yang berakal dari negara-negara Barat telah menyeru keharusan untuk mengembalikan wanita kepada kedudukannya semula yang telah disediakan oleh Allah dan diatur sesuai dengan fisik dan akalnya, tetapi seruan itu telah terlambat.

Sebenarnya lahan pekerjaan wanita di rumah atau di bidang pengajaran dan lainnya yang berhubungan dengan wanita sudah cukup bagi wanita tanpa harus memasuki pekerjaan yang menjadi tugas para laki-laki. Kita memohon kepada Allah agar menjaga negara kita, negara kaum muslimin semua dari tipu daya musuh dan rencana-rencana mereka yang menghancurkan dan semoga Dia memberi taufik kepada kaum muslimin dan pemimpinnya serta para penulis buku untuk membawa kaum wanita kepada jalan yang sesuai dengan kedudukan mereka di dunia dan di akhirat sebagai pelaksanaan perintah dari Tuhan mereka dan Pencipta mereka yang Maha Mengetahui kebutuhan mereka dan semoga Dia memberi taufik para pemimpin Islam kepada jalan yang di dalamnya ada kemaslahatan manusia dan negara, serta dalam masalah kehidupan dan tempat kembali (akhirat) dan melindungi kita dan orang-orang muslimin lainnya dari kesesatan fitnah dan sebab-sebab kebencian, sesungguhnya Dia Maha Mengurusi hal tersebut dan menguasainya.

[Fatawa Mar’ah, 2/94]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami’ah Lil Mar’atil Muslimah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Penerjemah Ahmad Amin Syihab, Penerbit Darul Haq]

Jumat, 06 Mei 2011

Surat Dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya

Anaku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,

Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.

Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah صلی الله عليه وسلم masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.

“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda : “Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.

Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda.

“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.

(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.

Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda.

“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]

Adab Anak Kepada Kedua Orangtua

SIKAP ANAK KEPADA KEDUA ORANG TUA-NYA
1. “ Dan Kami wajibkan kepada manusia berbuat kebaikan
terhadap ibu bapak-nya “ ( Al ‘Ankabuut , 29 : 8 ) , “ Berbuat
baiklah terhadap kedua orang Ibu Bapak . . . . . . . . , demikianlah
itu yang diperintahkan oleh Tuhan-mu kepadamu . . . “ ( Al
An’aam , 6 : 151 ) , “ Pergaulilah keduanya (ayah-ibu) di dunia
dengan baik. ( Luqman ,31 : 15) , “ Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu-bapakmu , hanya kepada-Ku-lah kembali-
mu. ” ( Lukman , 31 : 14-15 ) ,
2. “ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada kedua orang ibu – bapak-nya , ibunya mengandung nya
dengan susah payah dan melahirkannya dengan men - derita
kesulitan ( pula ) mengandung -nya sampai menyapih-nya
adalah tiga puluh bulan. Sehingga apabila anak itu mencapai
dewasa dan mencapai usia empat puluh tahun , dia berkata , “
Ya Tuhanku , berilah aku petunjuk supaya aku mensyukuri
nikmat-Mu yang Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat mengerjakan amal soleh yang
Engkau meridhoinya , dan berilah kebaikan kepadaku ( juga )
pada keturunanku. Sesungguhnya aku taubat kepada-Mu dan
sesungguhnya akau termasuk orang – orang yang berserah diri
( muslim ).” Mereka itulah orang – orang yang Kami terima
sebaik – baik apa yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni
kesalahan – kesalahan mereka , termasuk penghuni – penghuni
surga , sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka. “ ( Al Ahqaaf , 46 : 15) , ( Insyaallah dengan menjalan
perintah Allah SWT. untuk berbhakti kepada kedua orang tua ,
kita dapat dimasukkan kepada golongan hamba – hamba Allah
yang diampuni dosanya , di ridhai amal solehnya sampai kepada
anak keturunannya , amin ! , dijauhkan sungguh dari perilaku
seperti apa yang tertulis di ayat selanjutnya , ayat 17 dan 18 /
pen. )
3. . . . . . . . . janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan , “ Ah / huh ! “ dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada kereka ucapan yang mulia. ” ( Al
Israa’ , 17 : 23 ) “ Dan rendahkanlah diri-mu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan , dan katakanlah : “ Wahai
Tuhan-ku , kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka
mendidik-ku waktu kecil. ” ( Al – Israa’ , 17 : 24 )
4. Abdullah bin Amru menceritakan bahwa Rasulullah saw
berkata, “ Kesenangan ( keridhaan ) Allah SWT. Terletak pada
keridhaan ayah dan ketidakridhaan Allah SWT. Terletak pada
ketidak ridhaan ayah. “ ( HR. Tirmidzi , Hakim ) “
5. Seorang ayah adalah pintu terbaik kesurga. Jadi terserah
kepada-mu untuk menda -patkan salah satu yang telah tersedia
untuk-mu tersebut atau meninggalkan-nya. ” ( HR.Ibnu Hibban )
6. . . . . . . , Surga dibawah telapak kaki Ibu. ( HR. Ibnu Majah ,
Nasa ’I , HR.Ahmad ) , Sesungguh-nya Allah mengharamkan
kalian durhaka kepada Ibu . . . . . ( HR. Bukhari dan Muslim )
7. “ Semua dosa itu siksaannya akan ditangguhkan Allah sesuka-
Nya , kecuali dosa karena durhaka kepada kedua orang tua ,
maka sesungguh nya Allah akan menyegerakan-nya dalam
hidup di dunia ini sebelum meninggal dunia. “ ( HR. Hakim , dan
ia berkata sanad nya : “ Shahih )
8. “ Ada dua ( dosa ) yang disegerakan hukumannya di dunia
ini , yaitu : Zina dan durhaka kepada kedua orang tua. “ ( HR.
Thabrani )
9. Abu Umamah ra. Mengisahkan, bahwa suatu kali seorang
laki-laki bertanya kepada Rasullah saw. Mengenai hak-hak orang
tua atas anak-anak mereka. Beliau menjawab , “ Orang tua
adalah surga atau neraka bagi mereka“ . ( anak-anak nya ) ( HR.
Ibnu Majah )
10. . . . . . . . . . . . . barang siapa membikin ibu – bapak nya
marah , maka berarti membikin Allah marah kepada-nya. ( HR.
Bukhari )
11. “ Maukah aku khabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa
besar yang paling besar ? ”. Kami dari para sahabat berkata : “
Baiklah wahai Rasulullah ! “. Beliau bersabda : “ Yaitu
menyekutukan Allah dan menyakiti kedua orang tua “. ( HR.
Bukhari dan Muslim )
12. “ Tiga perkara , dimana tidak akan bermanfaat bila amal itu
disertai dengan ketiganya. yaitu : menyekutukan Allah ,
menyakiti kedua orang tua dan lari dari medan laga ”( HR.
Thabrani dari Tsuban )
13. Seorang pemuda yang menghormati orang tua karena
memandang usianya yang lanjut maka Allah mentakdirkan
baginya pada usia lanjut orang akan menghormati-nya. ( HR.
Attirmidzi )
14. Orang yang menginginkan umur panjang dan rejeki yang
cukup , hendaknya bersikap baik dan mengasihi orang tuanya
dan sanak – familinya.” ( Anas bin Malik Ra. )
15. Menurut Abu Bakrah ( Nafi bin Harits ) Rasulullah pernah
memperingatkan tentang tiga dosa besar , Beliau bersabda : “
Menyekutukan Allah swt , Tidak mematuhi orang tua , Dalam
keadaan bangun ataupun berbaring , “ bohong atau
memberikan keterangan ( kesaksian ) palsu. ” ( HR.Bukhari –
Muslim , Tirmidzi )
16. Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah , Apakah orang
harus taat / patuh pada orang tua nya meskipun dia kasar ( tidak
berperasaan ) terhadapnya ? , Rasulullah menjawab, : “ Ya ,
bahkan jika mereka bersikap kasar ! , Ya , bahkan jika mereka
bersikap kasar ! , Ya , bahkan jika mereka bersikap kasar !
( Abdullah Ra. )
17. Apabila seseorang meninggalkan do ’a bagi kedua orang-
tuanya maka akan terputus rejeki-nya. ( HR. Adailami )
18. Barang siapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau
melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah
pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan
kebajikan. ( HR. Athabrani & Addaar Quthni )
19. Jangan mengabaikan ( membenci dan menjauhi ) orang
tuamu. Barang siapa yang mengabaikan orang tua-nya maka dia
kafir ( kufur nikmat ) ( HR. Muslim )
20. 3 ( tiga ) Amalan yang sangat dicintai Allah SWT :
“ Dari Abdullah Bin Ma’sud ra. Dia bertanya kepada Rasulullah
saw. : “ Amal apakah yang sangat dicintai oleh Allah ? “. Beliau
bersabda : (1) “ Yaitu shalat pada waktunya.” Dia bertanya lagi : “
Kemudian apa ?”. Beliu bersabda : (2) “ Berbhakti kepada orang
tua “. Dia bertanya , “ Kemudian apa lagi ? “. Beliau bersabda : (3)
“ Jihad fi sabilillah”. ( HR. Bukhari dan Muslim )
21. Sesungguhnya sebaik-baik berbuat baik terhadap orang tua ,
yaitu seseorang yang menyambung persahabatan dengan
sahabat baik orang tua-nya , sepeninggal orang tuanya itu.
” ( HR. Muslim )
22. Diriwayatkan : Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
saw. Dengan bertanya sbb : “ Ya Rasulullah ! , apakah masih ada
yang harus saya lakukan demi berbuat baik kepada orang tua
saya , sesudah mereka itu meninggal dunia ? “ , Ya ! , yaitu :
mendoakan untuk kedua-nya , memintakan ampun untuk
kedua-nya , menunaikan janji ( amanat ) keduanya ,
menyambung silahturahim terhadap orang yang tidak bisa
tersambung melainkan lantaran kedua-nya dan mengadakan
penghormatan kepada sahabat-sahabat kedua-nya. ” ( HR. Abu
Daud & Al Baihaqi )
23. “ Siapa saja membaca Al Qur’an , mempelajarinya dan
mengamalkannya , maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya
pada hari kiamat mahkota dari cahaya yang sinarnya bagikan
sinar matahari , dan dikenakan kepada kedua orang tuanya dua
perhiasan yang nilanya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya-
pun bertangay-tanya , “ Bagaimana dipakaikan kepada kami
semuanya itu ? , Dijawab , “ Karena anakmu telah membawa Al
Qur’an .” ( Al hakim )
24.Baca S. Al Israa’ , 17 : 23 – 24.
25.Dll.
CatatanPenulis :
a. Sejarah banyak mencatat bahwa orang – orang yang
mempunyai kesehatan mental yang buruk hampir semuanya
disebabkan karena suramnya masa lalu dari penderitaan -nya ,
utamanya disebabkan karena pengaruh yang buruk dalam
lingkungan keluarga-nya yang diciptakan kedua orang tua-nya
disadari atau tidak. Waspadalah wahai dikau para Orang Tua.
b. Wahai para Isri yang telah menjadi Ibu jadilah suritauladan
yang baik bagi anak-anak putrimu , dengan menjadi istri dan Ibu
sesuai ketentuan yang telah diatur oleh hukum – hukum Allah
SWT. ( Al Qur’an ) dan Sunnah Rasul-Nya , kalau saudari bisa
menjadi istri dan Ibu yang baik sesuai ketentuan Hukum Allah
SWT. dan sunnah rasul-Nya ( Al Hadits ) , Insyaallah , anak –
anak putrimu pun kelak akan dapat menjadi istri-istri yang baik
bagi para mantu-mantu lelaki-mu , dan ibu yang baik bagi cucu-
cucu- tercintamu , Sekarang ini jadilah mantu yang baik bagi
kedua orang tua suami-mu , maka insyaallah kelak mantu-
mantu-mu pun akan berbuat baik kepada-mu , demikian pula
anak-anak putrimu. Demikian pula hendaknya engkau wahai
para suami dan para ayah , jadilah suri tauladan yang baik bagi
anak-anak lelaki-mu dengan menjadi suami yang baik bagi istri-
mu dan menjadi ayah yang baik bagi anak-anakmu sesuai
ketentuan hukum Allah SWT. yang berlaku, Insyaallah , kelak
dikemudian hari anak – anak lelaki-mu-pun akan bisa menjadi
suami yang baik bagi para istri – istrinya dan bisa menjadi ayah
yang baik anak-anak-nya. Wahai para suami dan Istri ingat-lah
selalu akan hukum sebab – akibat , apa yang ditanam , itu juga
yang akan dipetik. Berlaku dan bersikaplah yang baik kepada
kedua orang tua kandung ataupun mertua , maka insyaallah
anak-anak mu dan para mantumupun akan bersikap baik
kepada-mu. Buah jatuhnya tidak akan pernah jauh dari pohon -
nya , sekiranya Allah tidak berkehendak lain. ( Baca Hukum
Sebab Akibat Sesuai Sunatullah dibab yang lain )
c. Wahai para Ayah dan Ibu anjurkanlah kepada anak-anakmu
bila kelak mereka sudah siap untuk berumah tangga , pilihlah
pasangan hidup yang baik Ahlaq dan agamanya , baru
pertimbangkanlah hal yang lainnya. Utamakan Akhlaq dan
agama - nya.
d. Orang yang beriman yang tidak mengetahui sejauh mana
kesehatan Mental-nya maka ia akan bisa tidak tahu sejauh mana
kesehatan Ibadah-nya , didalam mental yang tidak sehat akan
terdapat juga ibadah yang tidak sehat , salah satu ciri ibadah
yang sehat adalah Ibadah yang diikhlaskan hanya kepada Allah
SWT. , bagaimana caranya orang yang mentalnya tidak sehat
bisa Ikhlas dalam beribadah ?
e. Subhanullah , wal hamdulillah , Allahuakbar , betapa banyak-
nya buah-buah ranum penuh kenikmatan dari keimanan ,
ketaqwaan dan ketawakalan itu yang dinamis itu , sungguh ! ,
satu diantara-nya adalah kesehatan mental / jiwa itu sendiri.
f. Bagi saudara yang sementara ini orang tua nya memiliki
banyak kekurangan kekurangan dan kekurangan itu berdampak
bagi saudara secara mental dan phisik , maka tetaplah bersabar ,
jangan menyalahkan orang tua , inilah kenyataan hidup yang
harus saudara jalankan , terima kenyataan dan rubahlah diri
anda sendiri sebagai - mana yang Allah wajibkan kepada
saudara , dan senatiasalah mohon ampun dan pertolongan-
Nya , hargai dan hormati orang tua , sebagai mana perintah –
Nya , Tunduk dan taatilah perintahnya , selama perintahnya itu
tidak menyimpang dari hukum agama. Jangan kasar pada
keduanya . Berkatalah lembut penuh kasih sayang kepada
mereka.
g. Bagaimana cara-nya memiliki bekal itu ? Dikaruniakan oleh
Allah SWT. ! , Bagai - mana agar Allah mengkaruniai bekal itu ?
Dengan Hidayah-Nya ! , Bagaimana agar karunia hidayah itu
diberikan kepada kita ? Salah satu caranya dengan
mendengarkan bisikan suara hati ( yang haq ) kita dan ikuti
perintah dari suara hati yang haq itu dengan rendah hati dan
berserah diri.
h. Suara hati yang Haq tidak pernah membisikan hal-hal yang
buruk , bisikan-nya selalu baik dan benar karena itu berasal dari
Allah dan bersifat sunatullah ! , hanya kita-nya saja yang
sombong dan lebih membiarkan bisikan setan menguasai diri
kita dengan mengabaikan bisikan hati kita itu . Dan ketahuilah
saudara-ku meskipun bisikan hati yang haq itu tidak
meninggalkan kita tapi datang-nya tidak setiap saat sesuai
keinginan kita , yang kita khawatirkan / takutkan adalah ajal lebih
dulu datang menjemput dari datang-nya keinginan kita
mengikuti suara hati itu. Dalam sejarah kehidupan Iman dan
Taqwa hamba-hamba Allah sebelumnya - telah tercatat , betapa
banyak para penjahat yang diselamat oleh Allah SWT. karena
mengikuti perintah suara hati - nya. ( bisikan Allah melalui hati
manusia tentang Kebenaran-Nya ) , “ Rasulullah saw bersabda ,“
Pada hati manusia terdapat persinggahan setan dan
malaikat. ” ( Al Hadits )
i. Wahai engkau para remaja Muslimin dan Muslimah sayangi
dirimu dan anak – anak keturunan mu kelak dengan mulai hari
ini mau mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam berbagai
aspek kehidupanmu , belajarlah dengan istiqamah memiliki
keahlian yang bermanfaat sebagai bekal-mu untuk menjemput
rejeki karunia-Nya. Cerdaskan badanmu ( kesehatan phisikmu ) ,
cerdaskan akal-mu dengan ilmu dunia dan akhirat , cerdaskan
emosimu dengan pengetahuan kebaikan dalam amal ,
khususnya akhlakul qarimah dan budi pekerti yang baik ,
cerdaskan spiritual-mu dengan mengamalkan keiman ,
ketaqwaan dan ketawakal - an yang ikhlas. Yang membuat
jiwamu menjadi tenang , penuh keyakin - an akan pertolongan
dan perlindungan Allah SWT. Sekarang zaman sudah modern ,
banyak sudah fasilitas untuk menjangkau semua itu , banyak
buku pengetahuan , banyak orang yang pandai disekitar-mu
peluk lah ia – rangkullah dia ( ilmu-Nya ) dengan kasih sayang –
mu untuk Nya , untuk dirimu dan anak-anakmu kelak, demi
kebaikan hidup-mu dan anak keturunan-mu. Disaat waktu - nya
jika engkau sudah tertarik dengan lawan jenis-mu berkaitan
dengan kehidupan Rumahh tangga , maka pilihlah pasangan-
mu, yang utamanya memiliki akhlak – dan budi pekerti yang
baik , yang ilmu dunia dan akhiratnya memadai. ( baik Islam-
nya) Engkau diberi kebebasan oleh Allah SWT. untuk memilih
pasangan hidup-mu , maka pergunakan amanah kebebasan itu
dengan sebaik – baiknya - berhati – hatilah memilihnya agar
slogan keluarga sakinah mawadah warohmah , bukan slogan
usang , tapi memang slogan yang up to date karena engkau
yang selalu meng up to date kannya dengan ikhtiar amal
perbuatan-mu dalam mencapainya jauh – jauh hari dari
awalnya. Allah SWT. memerintahkan kita untuk beristiqamah ,
maka beristiqamahlah dalam menjemput ilmu-Nya dan
beristiqamah dalam Mengamalkan-Nya. Sebab Perbuatan Baik
pasti Berakibat Kebaikan Juga , Insyaallah ! , Wahai Para Gadis
Persiapkan dirimu menjadi wanita yang baik( baik ilmunya ,
skillnya , baik akhlaqnya ) dan soleha agar Allah SWT.
Memilihkanmu dengan Pria yang baik dan soleh pula dengan
menggerakkan hati pria yang soleh itu melamarmu , Yakini betul
dengan Sunatullah Perjodohan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT. Demikian pula hendaknya Wahai engkau Pria muda
Muslim.
“ Dan diantara tanda – tanda kekuasaan-Nya DIA menciptakan
untuk kamu istri dari jenis-mu supaya kamu tentram bersama-
nya. Dan DIA menjadikan cinta dan kasih-sayang diantara
kamu . Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-
tanda bagi orang-orang yang berfikir. “ (Ar Ruum, 30 : 21 ) - ( Al
Furqaan , 25 : 74 )
“ Dan perempuan – perempuan yang baik adalah bagi laki – laki
yang baik , Dan laki – laki yang baik adalah bagi perempuan –
perempuan yang baik. Mereka itu terlepas ( bersih ) dari apa
yang diperkatakan orang , Bagi mereka ampunan dan rejeki
yang mulia. “ ( An Nuur, 24 : 26 , baca ayat ke 3 nya dari surat
An Nuur )
j. ( Para Pakar Ilmu Jiwa mengatakan bahwa watak / karakter
yang terbentuk dalam pertumbuhan manusia akan menetap
permanent dalam diri manusia tsb. dan tidak /sulit untuk
diubah , tapi menurut penulis bisa dirubah ( Bila Allah SWT.
berkehendak , itulah Sebabnya Mengapa ada “ Hidayah Allah “ ) ,
minimal bisa dikendali - kan kalau kita Ikhlas dan rido diatur
hidup kita oleh hukum – hukum Allah SWT. sebagaimana yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Hamba Allah yang
memperoleh hidayah dan senantiasa istiqamah menjemput
hidayah – hidayah Allah SWT. berikutnya - salah satu ikhitiar
yang ia jihadkan adalah bagaimana kwalitas akhlaq - nya dia
terus kembangkan seumur hidupnya sesuai yang Allah SWT.
inginkan dalam hukum-hukum-Nya – hamba Allah yang seperti
inilah yang telah memperoleh karunia dengan mendapatkan Jati
Diri Sejati-nya –Aku adalah hamba Tuhanku/Allah SWT. dan aku
adalah raja bagi kemanusiaan duniaku , akulah yang mengatur
apa – apa yang ada didalam kemanu - siaanku itu dengan ijin
dan kuasa-Nya yang IA amanahkan kepada-ku dan aku kembali
- kan semua urusan-ku kepada-Nya , Pemilik yang syah dari
segala urusan dilangit & dibumi.)
Ada suatu kenyataan hukum dari Allah SWT. yang tidak bisa
diterima oleh Istri yang belum cukup bertaqwa , yaitu bahwa
Suami harus lebih mengutamakan Kedua Orang Tuanya , dari
pada Mertua-nya , sementara seorang Istri harus
mengutamakan suaminya daripada kedua orang tua-nya.
Seorang Ibu lebih berhak atas anak lelakinya daripada Istri-nya.
Bagi Istri - Ridho suami lebih utama dari pada Ridho kedua orang
Tua-nya , sementara Ridho orang tua bagi seorang suami lebih
utama daripada rido mertua atau ridho sang istri. Ketentuan
yang seperti ini bagi seorang istri yang belum berilmu dan
beramal agama dengan cukup , kadang - kadang bisa timbul
komentar bahwa Tuhan tidak adil , karena berkesan seolah –olah
Allah SWT.lebih mengutamakan Suami dari pada Istri.
Sekarang pertanyaan adalah : Kepada siapa seorang Suami harus
mengutamakan hormat dan taat setelah kepada Allah SWT. dan
Rosul-Nya kalau bukan kepada kedua Orang tuanya , demikian
juga seorang istri Kepada siapa seorang Istri itu harus
mengutamakan hormat dan taat setelah kepada Allah SWT. dan
Rosul-Nya kalau bukan kepada suaminya ?. ( Suaminya yang
telah mendapat mandat dari Tuhannya untuk memenuhi
kebutuhan hidup istrinya sebatas mampu ) Ya , pada akhirnya
karena memang ini sudah ketentuan Allah SWT. maka ikhlaskan
diri diatur hidup kita dengan hokum - hukum-Nya. Dan
Kewajiban suami dalam mengamalkan hukum-Nya ini adalah
bersikap arief / bijaksana dan rendah hati. Jangan mentang –
mentang dan sombong ! ( jangan sekali-kali membela kebenaran
agama demi membela kepentingan ego dan hawa nafsu /
kepuasan diri duniawi sang suami /istri atau sebaliknya ,
membela kepentingan ego pripbadi , kebenaran agama
dikesampingkan ! )
WALLAHU TA'ALA A'LAM BISH SHAWAB

Makna dan Hakikat

ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﻱﺬﻟﺍ ﻖﻠﺧ ﻥﺎﺴﻧﻹﺍ ﻪﺗﺩﺎﺒﻌﻟ، ﻝﺎﻘﻓ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ: )ﺎﻣﻭ
ﻥﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻻﺇ ﺲﻧﻹﺍﻭ ﻦﺠﻟﺍ ﺖﻘﻠﺧ(، ﻻ ﻩﺪﺣﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃ
ﻚﻳﺮﺷ ﻪﻟﺇ ﻦﻴﻟﻭﻷﺍ ﻦﻳﺮﺧﻵﺍﻭ، ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻥﺃ ﺍﺪﻤﺤﻣ ﻩﺪﺒﻋ ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ
ﻪﻠﺳﺭﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﺔﻴﻋﺍﺩ ﻰﻟﺇ ﺹﻼﺧﺇ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﺏﺮﻟ ﻦﻴﻤﻟﺎﻌﻟﺍ، ﺕﺍﻮﻠﺼﻓ
ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻣﻼﺳﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ ﻦﻳﺮﻫﺎﻄﻟﺍ ﻦﻴﺒﻴﻄﻟﺍ ﺮﻐﻟﺍ ﻪﺘﺑﺎﺤﺻﻭ
ﻦﻴﻣﺎﻴﻤﻟﺍ ﻦﻣﻭ ﻰﻔﺘﻗﺍ ﻩﺮﺛﺃ ﻊﺒﺗﺍﻭ ﻩﺍﺪﻫ ﻰﻟﺇ ﻡﻮﻳ ﻦﻳﺪﻟﺍ، ﺎﻣﺃ
ﺪﻌﺑ:
Kalimat tauhid yaitu ( ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) adalah hikmah utama
penciptaan manusia, pengutusan para rasul dan diturunkannya Al
Qur'an, ia adalah keadilan yang utama, oleh karenanya langit dan
bumi ciptakan dan neraca keadilan ditegakkan, ia sebagai pembeda
antara muslim dengan orang kafir, dengannya manusia tebagi
menjadi orang orang yang bahagia penghuni syurga dan orang
orang yang sengsara penghuni nereka.
Akan tetapi yang sangat disayangkan bahwa manyoritas kaum
muslimin yang mengucapkan kailmat yang mulia ini tidak
memahami makna dan kakekatnya serta persyaratannya, sedang
ulama telah sepakat bahwa kalimat tauhid tidak cukup sekedar
ucapan dilisan saja, akan tetapi harus diketahui maknanya dan
dilaksanakan tuntutannya serta diaplikasikan kensekuensinya.
Pada makalah yang sederhana ini akan dijelaskan insyallah makna
kalimat tauhid sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Qur'an dan
Sunnah, serta persyaratan persyaratan yang wajib terpenuhi
dalam mengamalkannya.
Kalimat tauhid ( ﻻ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) tersusun dari dua kalimat ( ﻻ ﻪﻟﺇ )
yang dikenal dengan "kalimat penapian" dan ( ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) yang
dikenal dengan "kalimat istbat (penetapan)", kedua kalimat tersebut
(penapian) dan (penetapan) dikenal dengan dua rukun kalimat
tauhid, dan itulah hakekat tauhid. Dan (ﻪﻟﺇ) dalam bahasa arab
artinya (ﺩﻮﺒﻌﻣ) "yang diibadati".
Maksudnya : kalimat penapian ( ﻻ ﻪﻟﺇ ) menapikan seluruh
peribadatan kepada selain Allah, dan ( ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) menetapan bahwa
peribadatan yang hak dan benar semata mata hanya kepada Allah.
Maka makna dari ( ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) yaitu ( ﻻ ﺩﻮﺒﻌﻣ ﻖﺤﺑ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ )
"tiada yang berhak diibadati secara benar kecuali Allah".
Kenapa dalam maknanya harus ditambah kalimat (yang benar/
hak) karena seluruh peribadatan kepada selain Allah adalah batil
dan ila yang diibadati secara benar adalah Allah Ta'ala,
sebagaimana firman Allah Ta'ala: (Artinya: )
“(Kuasa Allah) Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka
seru/ibadati selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar".(Al-Hajj:62)
Makna dan hakekat tauhid diatas telah dijelaskan oleh Allah dan
Rasul-Nya, berikut ayat ayat dan hadits hadits yang menafsirkan
kalimat tauhid:
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻝﺎﻗ) :ﺎﺌﻴﺷ ﻪﺑ ﺍﻮﻛﺮﺸﺗ ﻻﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍﻭ.( ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ: 36
"Dan ibadati Allah dan jangan kamu persekutukan dengan-Nya
sesuatu apapun".
Dalam ayat ini terdapat perintah untuk mengibadati Allah, karena
tiada seembahan yang berhak diibadati selain-Nya, nah inilah
makna kalimat ( ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ) dan terdapat larang dari melakukan
kesyirikan, karena seluruh peribadatan kepada selain Allah adalah
syirik dan itu adalah kebatilan dan inilah makna (ﻪﻟﺇ ﻻ).
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻝﺎﻗﻭ) :ﻩﺎﻳﺇ ﻻﺇ ﺍﻭﺪﺒﻌﺗ ﻻﺃ ﻚﺑﺭ ﻰﻀﻗﻭ.( ﺀﺍﺮﺳﻹﺍ: 23.
"Dan Rabmu telah memerintahkan agat kamu tidak mengibadati
kecuali Dia".
Nah kalimat ( ﻻﺃ ﻩﺎﻳﺇ ﻻﺇ ﺍﻭﺪﺒﻌﺗ ) itulah kalimat tauhid dan makna
(ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ).
ﻝﺎﻗﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ: )ﺪﻘﻟﻭ ﺎﻨﺜﻌﺑ ﻲﻓ ﻞﻛ ﺔﻣﺃ ﻻﻮﺳﺭ ﻥﺃ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍ ﻪﻠﻟﺍ
ﺕﻮﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﻮﺒﻨﺘﺟﺍﻭ.( ﻞﺤﻨﻟﺍ: 36
"Dan sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang
Rasul (untuk menyerukan) "ibadatilah Allah dan tinggalkanlah
Thagut".
Thogut adalah seluruh peribadatan dan sesembahan kepada selain
Allah, nah perintah perintah mengibadati Allah dan meninggalkan
thogut itulah makna kalimat tauhid, karena peribadatan kepada
selain Allah yaitu thogut adalah kebatilan.
ﻝﺎﻗﻭ: )ﺎﻣﻭ ﺎﻨﻠﺳﺭﺃ ﻚﻠﺒﻗ ﻦﻣ ﻦﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻲﺣﻮﻧ ﻻﺇ ﻪﻴﻟﺇ ﻪﻧﺃ ﻪﻟﺇ ﻻ
ﻥﻭﺪﺒﻋﺎﻓ ﺎﻧﺃ ﻻﺇ.( ﺀﺎﻴﺒﻧﻷﺍ: 25
"Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul kecuali
Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada ila yang berhak diibadati
kecuali Aku, maka ibadatilah Aku".
Nah kalimat ( ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﺎﻧﺃ ﻥﻭﺪﺒﻋﺎﻓ ) itulah kalimat tauhid dan
makna (ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ).
Kalimat inilah yang pertama sekali yang dikatakan oleh setiap nabi
kepada kaum, sebagaimana dalam ayat ayat berikut:
)ﻰﻟﺇﻭ ﺩﺎﻋ ﻢﻫﺎﺧﺃ ﺍﺩﻮﻫ، ﻝﺎﻗ ﺎﻳ ﻡﻮﻗ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻣ ﻢﻜﻟ ﻦﻣ
ﻩﺮﻴﻏ ﻪﻟﺇ.( ﻑﺍﺮﻋﻷﺍ: 65.
Dan (Allah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka (nabi)
Hud, ia berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada bagi kalai
ila yang berhak diibadati selain-Nya".
ﻝﺎﻗﻭ: )ﻰﻟﺇﻭ ﺩﻮﻤﺛ ﻢﻫﺎﺧﺃ ﺎﺤﻟﺎﺻ ﻝﺎﻗ ﺎﻳ ﻡﻮﻗ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻣ
ﻩﺮﻴﻏ ﻪﻟﺇ ﻦﻣ ﻢﻜﻟ( ﻑﺍﺮﻋﻷﺍ: 73
Dan (Allah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
(nabi) Soleh, ia berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada
bagi kalai ila yang berhak diibadati selain-Nya".
ﻝﺎﻗﻭ: )ﻰﻟﺇﻭ ﻦﻳﺪﻣ ﻢﻫﺎﺧﺃ ﺎﺒﻴﻌﺷ ﻝﺎﻗ ﺎﻳ ﻡﻮﻗ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻣ
ﻩﺮﻴﻏ ﻪﻟﺇ ﻦﻣ ﻢﻜﻟ.( ﻑﺍﺮﻋﻷﺍ: 85
Dan (Allah mengutus) kepada kaum Madyan saudara mereka
(nabi) Syu'aib, ia berkata: wahai kaumku ibadatilah Allah, tidak ada
bagi kalai ila yang berhak diibadati selain-Nya".
Nah kalimat ( ﺎﻣ ﻢﻜﻟ ﻦﻣ ﻪﻟﺇ ﻩﺮﻴﻏ ) itulah kalimat tauhid dan
makna laa ilaha illa Allah.
Diantara ayat yang menjelaskan dan menafsirkan kalimat tauhid (ﻻ
ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ) adalah firman Allah Ta'ala:
)ﻱﺬﻟﺍ ﻻﺇ ﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ﺎﻤﻣ ﺀﺍﺮﺑ ﻲﻨﻧﺇ ﻪﻣﻮﻗﻭ ﻪﻴﺑﻷ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺇ ﻝﺎﻗ ﺫﺇﻭ
ﻲﻧﺮﻄﻓ ﻪﻧﺈﻓ ﻦﻳﺪﻬﻴﺳ ﺎﻬﻠﻌﺟﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﺔﻴﻗﺎﺑ ﻲﻓ ﻪﺒﻘﻋ ﻢﻬﻠﻌﻟ
ﻥﻮﻌﺟﺮﻳ.( ﻑﺮﺧﺰﻟﺍ: 26-28.
26. Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
sembah/ibadati, 27. kecuali (Rab) Yang menjadikanku; karena
sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. 28. Dan
(lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal
pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid
itu.
Nah ayat ( ﻲﻨﻧﺇ ﺀﺍﺮﺑ ﺎﻤﻣ ﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ) itulah makna ( ﻻ ﻪﻟﺇ ) dan (ﻻﺇ
ﻲﻧﺮﻄﻓ ﻱﺬﻟﺍ) itulah makna (ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ).
Dan firman Allah Ta'ala:
)ﻞﻗ ﺎﻳ ﻞﻫﺃ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ﺍﻮﻟﺎﻌﺗ ﻰﻟﺇ ﺔﻤﻠﻛ ﺀﺍﻮﺳ ﺎﻨﻨﻴﺑ ﻢﻜﻨﻴﺑﻭ ﻻﺃ
ﺪﺒﻌﻧ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﻭ ﻙﺮﺸﻧ ﻪﺑ ﺎﺌﻴﺷ ﻻﻭ ﺬﺨﺘﻳ ﺎﻬﻀﻌﺑ ﺎﻀﻌﺑ ﺎﺑﺎﺑﺭﺃ
ﻦﻣ ﻥﻭﺩ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺈﻓ ﺍﻮﻟﻮﺗ ﺍﻮﻟﻮﻘﻓ ﺍﻭﺪﻬﺷﺍ ﺎﻧﺄﺑ ﻥﻮﻤﻠﺴﻣ.( ﻝﺁ
ﻥﺍﺮﻤﻋ، 63.
64. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah)."
Nah ayat ( ﻻﺃ ﺪﺒﻌﻧ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﻭ ﻙﺮﺸﻧ ﻪﺑ ﺎﺌﻴﺷ ﻻﻭ ﺬﺨﺘﻳ ﺎﻨﻀﻌﺑ
ﻪﻠﻟﺍ ﻥﻭﺩ ﻦﻣ ﺎﺑﺎﺑﺭﺃ ﺎﻀﻌﺑ) itulah makna kalimat tauhid (ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ
ﻪﻠﻟﺍ).
Diantara ayat yang menafsirkan tauhid adalah firman Allah:
)ﺎﻣﻭ ﺍﻭﺮﻣﺃ ﻻﺇ ﺍﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ ﻪﻟ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﺀﺎﻔﻨﺣ
ﺔﻤﻴﻘﻟﺍ ﻦﻳﺩ ﻚﻟﺫﻭ ﺓﺎﻛﺰﻟﺍ ﺍﻮﺗﺆﻳﻭ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﺍﻮﻤﻴﻘﻳﻭ( ﺔﻨﻴﺒﻟﺍ: 5
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan (ibadah) kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.
ﻝﺎﻗﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ) :ﺍﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻻﺇ ﺍﻭﺮﻣﺃ ﺎﻣﻭ ﻮﻫ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﺍﺪﺣﺍﻭ ﺎﻬﻟﺇ(
. ﺔﺑﻮﺘﻟﺍ: 31
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar mengibadati ilaa
yang satu, tidak ada ila yang berhak diibadati selain-Nya".
Itulah sebagian ayat yang menjelaskan makna (Laa Ilaha Illa Allah)
dan hakekat tauhid. Nah kalau kita membaca dan merenungi
sunnah kita dapati hadits hadits yang menjelaskan makna tauhid,
diantaranya:
Dalam hadits pengutusan Mu'adz kenegeri Yaman, Rasulullah
berwasiat kepadanya:
)ﻦﻜﻴﻠﻓ ﻝﻭﺃ ﺎﻣ ﻢﻫﻮﻋﺪﺗ ﻪﻴﻟﺇ ﻰﻟﺇ ﻥﺃ ﺍﻭﺪﺣﻮﻳ ﻪﻠﻟﺍ.( ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ
)7372.(
Dalam riwayat lain
)ﻦﻜﻴﻠﻓ ﻝﻭﺃ ﺎﻣ ﻢﻫﻮﻋﺪﺗ ﻪﻴﻟﺇ ﺓﺩﺎﺒﻋ ﻪﻠﻟﺍ.( ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ )1458(
ﻢﻠﺴﻣﻭ )31.(
Riwayat ini menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan tauhid
pada riwayat yang pertama adalah mengikhlaskan ibadati kepada
Allah
Dalam riwayat lain:
)ﺍﺫﺈﻓ ﻢﻬﺘﺌﺟ ﻢﻬﻋﺩﺎﻓ ﻰﻟﺇ ﻥﺃ ﺍﻭﺪﻬﺸﻳ ﻻﺃ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃﻭ
ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺍﺪﻤﺤﻣ.( ﻢﻠﺴﻣ )19.(
Maka dalam riwayat ini Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam
menjadikan syahdah (Laa Ilaa Illa Allah) sebagai makna Tauhid.
ﻲﻓﻭ ﺚﻳﺪﺣ ﻭﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﺔﺴﺒﻋ ﻪﻧﺃ ﻰﺗﺃ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ
ﻝﺎﻘﻓ: ﺎﻣ ؟ﺖﻧﺃ ﻝﺎﻗ: )ﻲﺒﻧ ﻪﻠﻟﺍ( ﻝﺎﻗ: ﻪﻠﻟﺁ ؟ﻚﻠﺳﺭﺃ ﻝﺎﻗ: )ﻢﻌﻧ(
ﻝﺎﻗ: ؟ﺀﻲﺷ ﻱﺄﺑ ﻝﺎﻗ...) :ﻥﺃﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﺣﻮﻳ ﻙﺮﺸﻳ ﻻﻭ ﺎﺌﻴﺷ ﻪﺑ.( ﻢﻠﺴﻣ
)832.(
Dalam hadits Amru Bin 'Abasah bahwa beliau datang kepada Nabi
shalallahu'alaihi wasallam seraya bertanya: siapakah anda? Beliau
menjawab: (Nabiyullah), ia bertanya lagi: apakah Allah yang
menutusmu? Beliau menjawab: (Ya benar), ia bertanya lagi:
dengan apa? Beliau bersabda: (…dan untuk mentauhid Allah dan
tidak dipersekutukan dengan sesuatu apapun".
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, tatkala ia bertanya kepada
Rasullah shalallahu'alahi wasallam tentang islam, beliau menjawab:
)ﻡﻼﺳﻹﺍ: ﻥﺃ ﺪﻬﺸﺗ ﻻﺃ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃﻭ ﺍﺪﻤﺤﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ(...
ﻪﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﺏﺎﻄﺨﻟﺍ ﻦﺑ ﺮﻤﻋ ﺚﻳﺪﺣ ﻦﻣ ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ.
Dalam riwayat lain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
dengan lafadz:
)ﺎﺌﻴﺷ ﻪﺑ ﻙﺮﺸﺗ ﻻﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﺒﻌﺗ ﻥﺃ.(...
"Kamu mengibadati Allah dan tidak mempersekutukannya dengan
sesuatu apapun".
Riwayat ini menjelaskan makna syahadah Laa Ilaha Illa Allah dalam
riwayat yang pertama.
Dalam hadits Abdullah Bin Umar radhiyallahu 'anhuma tentang
rukun islam, Rasulullah bersabda:
)ﻲﻨﺑ ﺲﻤﺧ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺳﻹﺍ: ﺓﺩﺎﻬﺷ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻥﺃ ﻝﻮﺳﺭ ﺍﺪﻤﺤﻣ ﻥﺃﻭ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻠﻟﺍ(... ﻢﻠﺴﻣﻭ ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ.
Dalam riwayat lain dengan lafadz:
)ﺲﻤﺧ ﻰﻠﻋ ﻡﻼﺳﻹﺍ ﻲﻨﺑ: ﻪﻧﻭﺩ ﺎﻤﺑ ﺮﻔﻜﻳﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﺒﻌﻳ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ.(...
"islam didirikan diatas lima dasar: diatas mengibadati Allah dan
kufur (menginkari) selain peribadatan kepada-Nya".
Riwayat kedua ini menjelaskan makna syahadah Laa Ilaha Illa Allah
dan Tauhid, yaitu keikhlasan beribadah kepada Allah dan
mengingkari seluruh peribadatan kepada selain Allah, karena itu
adalah kebatilan.
Dan menjelaskan juga bahwa agama islam adalah agama tauhid
karena seluruh ibadah wajib di ikhlaskan kepada Allah Ta'ala.
Dalam hadits lain:
)ﻦﻣ ﻝﺎﻗ : ﻪﻟﺇ ﻻ ﺪﺒﻌﻳ ﺎﻤﺑ ﺮﻔﻛﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺎﻣ ﻡﺮﺣ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﻭﺩ ﻦﻣ
ﻪﻣﺩﻭ ﻪﺑﺎﺴﺣﻭ ﻰﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ( ﻩﺍﻭﺭ ﻢﻠﺴﻣ )ﻢﻗﺭ: 139.( ﻲﻓﻭ ﺔﻳﻭﺭ) :ﻦﻣ
ﺪﺣﻭ ﻪﻠﻟﺍ.(... ﻩﺍﻭﺭ ﺪﻤﺣﺃ )ﻢﻗﺭ: 27213/ 27755(، ﻦﺑﺍﻭ ﻥﺎﺒﺣ ﻲﻓ
ﻪﺤﻴﺤﺻ )ﻢﻗﺭ:171( ﺭﺍﺰﺒﻟﺍﻭ ﻲﻓ ﻩﺪﻨﺴﻣ )ﻢﻗﺭ:2768( ﻮﺑﺃﻭ ﺪﻴﺒﻋ ﻲﻓ
ﻝﺍﻮﻣﻷﺍ ﺏﺎﺘﻛ )ﻢﻗﺭ: 47.(
"Barangsiapa yang mengatakan "Laa Ilaha Illa Allah" dan kufur
terhadap apa yang diibadati selain Allah maka haram harta dan
darahnya, dan hisabnya hanya atas Allah". (HR, Muslim).
Dalam riwayat lain: "Barangsiapa yang mentauhidkan Allah…".
Makna inilah (mengikhlaskan ibadah kepada Allah) yang dipahami
oleh para shahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam tentang
kalimat tauhid (Laa Ilaha Illa Allah) dan kalimat yang mereka
gunakan dalam perkataan mereka, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Jabir Bin Abdullah radhiyallahu 'anhu dalam
hadits yang menjelaskan sifat haji Nabi shalallahu'alaihi wasallam:
)َّﻞﻫﺄﻓ ﺪﻴﺣﻮﺘﻟﺎﺑ "ﻚﻴﺒﻟ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻚﻴﺒﻟ، ﻚﻴﺒﻟ ﻻ ﻚﻳﺮﺷ ﻚﻟ، ﻥﺇ
ﻚﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ ﻚﻠﻤﻟﺍﻭ ﻚﻟ ﺔﻤﻌﻨﻟﺍﻭ ﺪﻤﺤﻟﺍ.(
"Maka ia (Rasulullah) bertalbiyah dengan tauhid, kami datang
memenui panggilan-Mu, kami datang memenuhi panggilan-Mu,
tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala puji dan nikmat
serta kerajaan (kekuasan) adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-
Mu".
Maka talbiyah haji tersebut dinamakan dengan tabiyatuttauhid,
karena makna dan hakekatnya adalah keikhlasan beribadah kepada
Allah, sebagaimana segala pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah
milik Allah semata, maka begitu juga seluruh ibadah hanya berhak
diperuntukkan kepada-Nya.
Makna ini pulalah yang dipahami oleh ulama islam yang
memahami hakekat dakwah Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,
sebagaimana dalam sebagian ungkapan mereka:
Imam Syafi'i berkata:
َﻞِﺌُﺳ ِﺪْﻴِﺣْﻮَّﺘﻟﺍَﻭ ِﻡَﻼَﻜْﻟﺍ ِﻦَﻋ ٌﻚِﻟﺎَﻣ، َﻝﺎَﻘَﻓ: ﻰﻠﺻ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺎِﺑ َّﻦُﻈَﻧ ْﻥَﺃ ٌﻝﺎَﺤُﻣ
ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ُﻪَّﻧَﺃ َﻢَّﻠَﻋ ُﻪَﺘَّﻣُﺃ َﺀﺎَﺠْﻨِﺘْﺳﻻﺍ، ْﻢَﻟَﻭ ْﻢُﻬْﻤِّﻠَﻌُﻳ
َﺪْﻴِﺣْﻮَّﺘﻟﺍ، ُﺪْﻴِﺣْﻮَّﺘﻟﺍَﻭ ﺎﻣ ُﻪَﻟﺎَﻗ ُّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ: "
ُﺕْﺮِﻣُﺃ ْﻥَﺃ َﻞِﺗﺎَﻗُﺃ َﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﻰﺘﺣ ﺍﻮﻟﻮﻘﻳ َﻻ َﻪَﻟِﺇ َّﻻِﺇ ُﻪﻠﻟﺍ "، َﻢَﺼَﻋ ﺎﻤﻓ
ِﺪْﻴِﺣْﻮَّﺘﻟﺍ ُﺔَﻘْﻴِﻘَﺣ َﻝﺎَﻤْﻟﺍَﻭ َﻡَّﺪﻟﺍ ِﻪِﺑ.
“Imam Malik pernah ditanya tentang masalah kalam dan tauhid,
maka beliau menjawab: Mustahil kalau Nabi mengajarkan kepada
umatnya tentang tata cara istinja’ (buang kotoran) tetapi tidak
mengajarkan mereka tentang tauhid. Tauhid adalah apa yang
dikatakan oleh Nabi: “Saya diperintahkan untuk memerangi
manusia sehingga mereka mengatakan Laa Ilaha Illa Allah, apa
yang dapat menjaga darah dan harta maka itulah hakekat tauhid”.
[1]
Imam Ad Darimi –salah seorang ulama syafi'iyah- berkata:
)ﺮﻴﺴﻔﺗ ﺪﻴﺣﻮﺘﻟﺍ ﺔﻣﻷﺍ ﺪﻨﻋ ﻪﺑﺍﻮﺻﻭ: ﻝﻮﻗ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ﻻﺇ ﻻ ﻩﺪﺣﻭ
ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ.(
"Tafsir tauhid yang benar menurut umat (islam) adalah: ucapan
"Laa Ilaha Illa Allah" dan tidak ada sekutu bagi-Nya"[2].
Imam Abul Abbas Ibnu Suraij –salah seorang ulama syafi'iyyah-
ditanya:
(ﺪﻴﺣﻮﺘﻟﺍ ﺎﻣ ؟ ﻝﺎﻗ: ﻦﻴﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ﺔﻋﺎﻤﺟﻭ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻞﻫﺃ ﺪﻴﺣﻮﺗ : ﺪﻬﺷﺃ
ﻥﺃ ﻻ ﻪﻟﺇ ﻻﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻥﺃ ًﺍﺪﻤﺤﻣ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ ، ﺪﻴﺣﻮﺗﻭ ﻞﻫﺃ
ﻞﻃﺎﺒﻟﺍ ﻦﻣ ﻦﻴﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ﺽﻮﺨﻟﺍ ﺽﺍﺮﻋﻷﺍ ﻲﻓ ﻡﺎﺴﺟﻷﺍﻭ ، ﺚﻌﺑ ﺎﻤﻧﺇﻭ
ﻚﻟﺫ ﺭﺎﻜﻧﺈﺑ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟﺍ.(
Apakah (yang dimaksud dengan) tauhid? Beliau menjawab: tauhid
para ulama dan jama'ah kaum muslimin adalah: syadahah "Laa
Ilaha Illa Allah" dan Muhammad adalah Rasulullah, sedangkan
tauhid orang orang yang sesat dari kalangan kaum muslimin
adalah sibuk membahasa masalah Al A'raadh dan Al Ajsaam[3],
dan Nabi shalallahu'alaihi wasallam diutus untuk menginkari hal
itu".[4]
Itulah makana dan kakekat kalimiat tauhid, jadi ia bukanlah sekedar
ucapan lisan tanpa ilmu dan amalan, bukanlah sekedar keyakinan
tanpa aplikasi tuntuan dan persyaratan, tetapi ia adalah kalimat
yang mulia mengandung makna yang kekekat yang agung yang
wajib di pelajari dan diketahui, dan keonsekwensi yang harus
diaplikasikan.
Semogah Allah Ta'ala membimbing kita semua untuk memahmai
kalimat tauhid dan mengamalkan dalam kehidupan sehari hari.