BElI TIKET MURAH YUK

Hukum Kebebasan Berfikir

Tanggapan kami bahwa orang yang membolehkan seseorang bebas menganut keyakinan dengan meyakini agama yang dia inginkan ; maka dia telah kafir karena setiap orang yang berkeyakinan bahwa seseorang boleh saja beragama dengan selain agama Muhammad صلی الله عليه وسلم, maka berarti dia telah kafir terhadap Allah سبحانه و تعالى, harus dipaksa bertaubat ; bila dia bersedia, maka dia selamat dari hukum dan bila tidak, maka dia wajib dibunuh.

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya" [Ali-Imran : 85]


Kamis, 21 Juli 2011

Syafaat di Hari Akhir

Bagaimana meraihnya & menjadi orang yang mulia di
Akhirat karenanya..
Al-Imam Abu Muhammad al-Barbahari berkata: "(Termasuk
landasan pokok Islam adalah kewajiban) mengimani syafa'at Ra
sulullah bagi orang-orang yang berbuat dosa dan salah (dari kaum
muslimin) pada hari kiamat, juga di atas ash-shiraath (jembatan
yang dibentangkan di ata
s permukaan neraka Jahannam), dan (dengan syafa'at) Rasulullah
mengeluarkan mereka (dengan izin Allah)
dari dalam neraka Jahannam. Masing-masing Nabi memiliki
syafa'at, demikian pula para shiddiq, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang yang shaleh…" [Syarhus Sunnah hal. 73].
Imam Abu Ja'far ath-Thahawi berkata: "Syafa'at yang Allah simpan
untuk kaum muslimin (di akhirat nanti)
adalah benar, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits-hadits
Rasulullah " [Syarh Aqidah ath-Thahawiyyah hal. 229]
DEFINISI SYAFA’AT
Secara bahasa asy-Syaf’u berarti genap, lawan dari al-Witru.
Adapun secara istilah syari’at, Syafa’at adalah menjadi penengah
bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan atau mencegah
keburukan. [Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah: 2/168]
AL-QUR-AN BERBICARA SYAFA’AT
“Siapakah (maksudnya; tiada seorangpun) yang dapat memberi
syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya" (QS al-Baqarah: 255).
Imam al-Qurthubi berkata: "Ayat (yang mulia) ini menetapkan
bahwa Allah mengizinkan siapa yang dikehendaki-Nya untuk
(memberikan) syafa'at, mereka adalah para Nabi, para ulama,
orang-orang yang berjihad (di jalan-Nya), para Malaikat, dan
orang-orang selain mereka yang dimuliakan dan diutamakan oleh
Allah. Kemudian mereka tidak bisa memberikan syafa'at kecuali
kepada orang yang diridhai Allah, sebagaimana firman-Nya:
"Dan mereka tidak (bisa) memberi syafa'at melainkan kepada
orang yang diridhai Allah" (QS al-Anbiyaa': 28)
Demikian pula firman Allah dalam ayat-ayat berikut:
"Pada hari itu (hari kemudian) tidak berguna syafa'at, kecuali
(syafa'at) orang yang diberi izin oleh Allah Maha Pemurah, dan Dia
telah meridhai perkataannya" (QS Thaahaa: 109).
"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah
tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah ialah) orang yang mempersaksikan
(kalimat tauhid) dengan benar dan mereka menyakini(nya)" (QS
az-Zukhruf:86).
"Dan betapa banyak Malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun
tidak berguna kecuali setelah Allah mengizinkannya bagi orang
yang dikehendaki dan diridhai-Nya" (QS an-Najm: 26).
Semua ayat di atas menetapkan adanya syafa'at pada hari kiamat
dengan syarat-syarat tertentu, yang akan kami paparkan.
HADITS-HADITS TENTANG SYAFA’AT
Pertama: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda: "Setiap Nabi mempunyai doa yang mesti
dikabulkan (oleh Allah ), maka mereka semua menyegerakan doa
mereka tersebut (di dunia), dan aku menyimpan doaku sebagai
syafa'at bagi umatku pada hari kiamat nanti, maka syafa'at itu
insya Allah akan diraih oleh orang yang meninggal dunia dari
umatku dalam keadaan dia tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu" [Shahih Muslim no. 199]
Kedua: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda: "Orang yang paling berbahagia dengan
(mendapatkan) syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang
mengucapkan (kalimat) Laa ilaaha illallahu (tidak ada sembahan
yang benar kecuali Allah) dengan ikhlas dari hati atau
jiwanya" [Shahih Bukhari no. 99]
Ketiga: Dari Abu Sa'id al-Khudri , dalam sebuah hadits qudsi yang
panjang, Allah berfirman: "Para Malaikat telah memberi syafa'at,
para Nabi (juga) telah memberi syafa'at, dan orang-orang yang
beriman (juga) telah memberi syafa'at, maka tidak tersisa kecuali
Zat Yang Maha Penyayang (Allah )…" [Shahih Muslim no. 183]
Keempat: Dari Abdullah bin 'Abbas beliau berkata: Sungguh aku
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu jenazahnya
dishalatkan oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu, kecuali Allah akan menerima/mengabulkan syafa'at
mereka terhadapnya" [Shahih Muslim no. 948]
BEBERAPA MACAM SYAFA’AT DI AKHIRAT KELAK
Pertama: Syafa'at al-'Uzhma (syafa'at yang paling agung), inilah
al-Maqaamul Mahmuud (kedudukan yang terpuji) yang Allah
janjikan kepada Rasulullah.
Syafa'at ini adalah syafa'at beliau kepada seluruh umat manusia
ketika mereka dikumpulkan di padang mahsyar untuk menunggu
keputusan Allah, pada waktu itu manusia merasakan kesusahan
dan penderitaan yang sangat besar, sehingga mereka mendatangi
para Nabi: Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, 'Isa bin Maryam, agar
meminta syafa'at kepada Allah bagi mereka, tapi semua para Nabi
tersebut mengajukan keberatan, lalu mereka meminta kepada
Rasulullah dan beliaulah yang diizinkan oleh Allah untuk
memberikan syafa'at tersebut (lih. Shahih Bukhari: 7002 dan
Shahih Muslim: 193)
Kedua: Syafa'at Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada
penghuni surga untuk masuk ke dalam surga, karena ketika
penduduk surga telah melewati ash-shiraath (jembatan yang
dibentangkan di atas permukaan neraka Jahanam), mereka
mendapati pintu surga tertutup, maka mereka meminta kepada
para Nabi di atas untuk meminta kepada Allah agar membuka
pintu surga, tapi mereka tidak mampu, sehingga Rasulullah yang
meminta syafa'at kepada Allah untuk membukakan pintu-pintu
surga bagi penghuninya (lih. Shahih Muslim no. 195)
Ketiga: Syafa'at kepada orang-orang beriman yang telah
dimasukkan ke dalam neraka karena dosa-dosa mereka, kemudian
dengan syafa'at tersebut mereka dikeluarkan dari neraka (lih. Fathul
Madjiid hal. 251)
Keempat: Syafa'at bagi penduduk surga untuk meninggikan
derajat mereka dan menambah keutamaan mereka (lih. al-Qoulul
Mufiid: 1/335, Imam Ibnu ‘Utsaimin)
SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAFA’AT & SIAPA YANG
BERHAK MEMBERIKANNYA
Semua syafa'at adalah milik Allah semata, maka syafa'at yang
diterima di sisi-Nya hanyalah syafa'at yang memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan-Nya. Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Semua syafa’at itu milik Allah.’” [QS. az-Zumar: 44]
Syarat-syarat diterimanya syafa’at tersebut adalah (Tafsir Ibnu
Katsir: 4/72):
Pertama: Ridha Allah terhadap orang yang akan memberi
syafa'at. Dalam hal ini mereka adalah Rasululla Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan para Nabi lainnya, serta para Malaikat dan orang-
orang yang shaleh dari kaum mukminin, demikian juga anak-anak
kaum muslimin yang meninggal dunia sebelum baligh (dewasa),
dua atau tiga orang, dapat memberi syafa'at kepada orang tuanya
(sebagaimana dalam hadits shahih riwayat an-Nasaa-i no. 1876).
Kedua: Ridha Allah terhadap orang yang akan diberi syafa'at
terhadap orang yang akan diberi syafa'at.
Ketiga: Izin Allah dalam pemberian syafa'at tersebut. Dan izin
dari-Nya adalah setelah ridha-Nya kepada orang yang akan
memberi syafa'at dan orang yang akan diberi syafa'at.
Ketiga syarat ini disimpulkan oleh para ulama dari dalil-dalil yang
telah disebutkan.
SYAFA’AT YANG BATHIL
Syafa’at yang batil, yaitu syafa’at yang dinafikan dalam al-Qur’an
karena tidak memenuhi syarat-syarat di atas, inilah syafa’at yang
dijadikan sandaran oleh orang-orang musyrik kepada sembahan-
sembahan mereka, di mana mereka menyembah sembahan-
sembahan tersebut dan menyangka sembahan-sembahan
tersebut bisa memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah. Allah
berfirman:
“Dan mereka menyembah kepada selain Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Sembahan-sembahan itu
adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah:
"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi"? Maha Suci Allah
dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)” (QS
Yunus:18).
Akan tetapi syafa’at ini tertolak dan tidak bermanfaat sama sekali,
sebagaimana firman-Nya:
“Maka tidak berguna bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang
memberikan syafa'at" (QS al-Muddatstsir: 48).
AGAR KITA MENDAPAT SYAFA’AT
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Renungkanlah sabda Nabi kepada
Abu Hurairah (dalam hadits sebelumnya); bagaimana Nabi
menjadikan sebab utama untuk mendapatkan syafa’at beliau
adalah memurnikan tauhid (penghambaan diri kepada Allah
semata), yang ini sangat berseberangan dengan persangkaan
orang-orang musyrik bahwa syafa’at itu diraih dengan
menjadikan pelindung-pelindung (selain Allah) sebagai pemberi
syafa’at, menyembah dan berloyal kepada mereka. Maka Nabi
membantah persangkaan dusta orang-orang musyrik tersebut
dan beliau menyampaikan bahwa sebab (untuk meraih) syafa’at
adalah (dengan) memurnikan tauhid, dan ketika itulah Allah
mengizinkan kepada pemberi syafa’at untuk memberikan
syafa’at…Dan sungguh Allah tidak akan meridhai ucapan dan
perbuatan (manusia) kecuali (yang dilandasi) tauhid kepada-Nya
dan ittibaa’ (mengikuti petunjuk dan sunnah)
Rasulullah…” [Madaarijus Saalikiin: 1/341]
Disamping itu, dalam hadits-hadist yang shahih Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam menyebutkan beberapa amalan shaleh
yang menjadi sebab untuk meraih syafa'at di akhirat nanti , di
antaranya:
(1). Membaca al-Qur'an dengan merenungi kandungan maknanya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: "Bacalah al-
Qur'an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur'an itu akan datang
pada hari kiamat untuk memberi syafa'at bagi orang-orang yang
membacanya (sewaktu di dunia)" [Muslim: 804]
(2). Memperbanyak sujud (shalat-shalat sunnah setelah
melaksanakan shalat-shalat yang wajib). Ketika ada seorang
pelayan berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
Keperluanku adalah agar engkau (wahai Rasulullah) memberi
syafa'at bagiku pada hari kiamat. Maka Rasulullah bersabda:
"Bantulah aku (untuk keperluanmu itu) dengan memperbanyak
sujud (shalat-shalat sunnah)" [ash-Shahiihah: 2102]
(3). Membaca shalawat kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam dan meminta al-wasiilah untuk beliau (seperti yang
diucapkan pada doa setelah mendengar azan selesai
dikumandangkan). Dalam hadist yang shahih Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda: "…Barangsiapa yang meminta al-
wasiilah untukku maka halal baginya (mendapatkan)
syafa'atku" [Muslim: 384]
(4). Tinggal di kota Madinah (kota Nabi), bersabar atas
kesusahannya dan meninggal dunia di sana. Ini disebutkan dalam
beberapa hadits shahih (di antaranya dalam Shahih Muslim no.
1374)
(5). Jenazah yang dishalatkan oleh empat puluh orang ahli tauhid.
Dari Abdullah bin 'Abbas beliau berkata: Sungguh aku mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: "Tidaklah seorang
muslim meninggal dunia lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat
puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,
kecuali Allah akan menerima/ mengabulkan syafa'at mereka
terhadapnya" [Shahih Muslim no. 948]